Selasa, 08 Januari 2013

Jangan Over Berolahraga



OLAHRAGA merupakan kegiatan yang menyehatkan. Namun, banyak sekali kasus seseorang menghembuskan napas terakhir (meninggal mendadak) justru saat sedang berolahraga. “Olahraga itu menyehatkan bila rutin dilakukan, tapi jantung itu ada batas kerja maksimumnya,” ungkap dr Irfanuddin SpKO dari Rumah Sakit Dr Mohammad Hoesin Palembang.
Dijelaskannya, saat sedang berolahraga, jantung akan memompa darah lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan organ tubuh yang sedang beraktivitas akibatnya peredaran darah makin lancar. Namun, jika melakukan aktivitas berat secara mendadak, jantung akan kerepotan untuk beradaptasi.
“Olahraga dengan intensitas yang tinggi seperti futsal memerlukan kegigihan yang tinggi akan membuat kerja jantung jadi sangat cepat, yang mungkin saja melewati aturan frekuensinya dalam mengatur frekuensi jantung,” ujar dr  Irfanuddin SpKO.
Apabila frekuensi berlebih, lanjutnya, dapat terjadi siklus (terjadi kekacauan gangguan dari pola listrik di jantung). Diketahui, sumber daya gerak jantung sangat bergantung pada kemampuan kerja dari sekelompok sel yang mampu menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang cukup untuk membuatnya terus bergerak.
Sel-sel ini menghasilkan impuls listrik yang kemudian diteruskan oleh sel-sel penggerak yang tersebar di permukaan jantung sehingga membuatnya berdenyut. “Frekuensi jantung itu seperti pompa. Untuk dapat memompa, dibutuhkan listrik. Bila listriknya terganggu, denyut jantung ikut terganggu sehingga berisiko terjadi aritmia. Akibatnya dapat mengganggu fungsi jantung dan dapat mengancam nyawa,” terang dr Irfanuddin.
Dijelaskannya, aritmia bisa terjadi pada orang sehat, bisa karena over capacity dari denyut jantung, intensitas terlalu tinggi, dan tekanan darah tinggi. Seseorang yang meninggal mendadak saat berolahraga juga mungkin berasal dari gangguan pembuluh darah di otak yang dikenal dengan  aneurisma, yakni keadaan dimana dinding pembuluh darah sudah menggembung sehingga dinding tersebut dalam keadaan lemah.
Dinding pembuluh darah tersebut lebih tipis dibandingkan dengan dinding pembuluh darah normal sehingga dapat pecah kapan pun secara tiba-tiba. Pecahnya aneurisma sangat fatal karena dapat menyebabkan kematian. “Kalau ada tekanan tinggi, bisa mengakibatkan stroke sehingga bisa mati mendadak akibat pendarahan di otak,”  katanya.
Ditegaskan dr Irfanuddin, jangan memaksakan diri dalam berolahraga. Seseorang wajib  mengetahui kapan harus berhenti. “Kalau napas sudah sesak, pusing, dan gerakan serta koordinasi saat berolahraga sudah tidak bagus lagi, segeralah beristirahat. Berhenti jangan dipaksakan karena dapat berakibat fatal bila olahraga terus dilanjutkan,” tukasnya. (cj14/ce4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

tyak ☺ Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting