Selasa, 08 Januari 2013

Usik Saraf, Turunkan Tensi


Beraneka terapi dan diet diperlukan pengidap hipertensi. Fungsinya, menurunkan, lantas menstabilkan agar tekanan darahnya tidak terlampau tinggi. Salah satu metode mengatasi hipertensi yang bandel, yakni renal denervation (RDN) therapy.  
    TEKANAN darah tinggi atau hipertensi bisa menimpa siapa saja. Termasuk kalangan perempuan yang masih produktif. Penyebabnya pun bermacam-macam. Mulai genetik, pola makan yang tidak sehat, kondisi stres, kurang berolahraga, hingga pengaruh hormonal. Konsumsi obat-obatan tertentu juga bisa mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
    Dokter Melvin Tan MBBS MRCP FAMS menyebut, banyak orang yang tidak menyadari sedang mengalami tekanan darah tinggi. Sebab, tidak jarang, pengidap hipertensi tidak mengeluhkan apa pun. Padahal, hipertensi merupakan faktor risiko mayor untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan penyakit ginjal kronis.
    Seseorang baru mengetahui tekanan darahnya bila diukur dengan tensimeter. "Normalnya, tekanan darah yang terlihat di tensimeter adalah 120/80 mmHg," kata pakar
kardiologi tersebut saat ditemui JPNN di Mount Elizabeth Hospital, Singapura, belum lama ini. Nah, orang yang memiliki tekanan darah di atas 140/90 mmHg bisa dikategorikan penderita tekanan darah tinggi.
    Kalaupun seseorang dinyatakan hipertensi, kondisi tersebut bisa diatasi dengan bermacam terapi. Pada pengobatan modern, ada beberapa cara untuk mengurangi kelebihan
cairan dan garam dari tubuh. Ada juga pengobatan yang mengurangi denyut jantung. Salah satu metode untuk mengatasi hipertensi adalah renal denervation (RDN) therapy. Pada terapi tersebut, saraf di sekitar ginjal diusik hingga tekanan darah menurun.
    Melvin menjelaskan, ada hipertensi yang terkait dengan saraf simpatik yang terlalu aktif. Lokasinya di sekitar ginjal. Bahkan, hipertensi jenis tersebut bisa dikategorikan hipertensi yang 'bandel'. Sebab, tekanan darah sulit turun.
    Nah, pada RDN digunakan teknik khusus untuk menenangkan secara perlahan saraf-saraf di sekitar ginjal yang hiperaktif. "Itu mengakibatkan turunnya hormon-hormon pada ginjal yang berdampak pada tekanan darah. Bila tekanan darah terkontrol, jantung, ginjal, dan pembuluh darah ikut dicegah dari risiko kerusakan," terang Melvin.
    Meski terbilang rumit, pemasangan perangkat kateter RDN berlangsung cepat. Menurut Melvin, operasi penanaman kateter tersebut memanfaatkan metode laparoskopi. Dokter yang mengoperasi cukup membuat sebuah lubang kecil sehingga alat yang berdiameter 0,5 sentimeter bisa masuk. Setelah itu, dengan panduan kamera mikro dalam alat itu, dokter melakukan penanaman kateter.
    Kateter RDN yang dipasang di sekitar ginjal tersebut tidak akan selamanya menjadi benda asing di dalam tubuh. Kateter RDN itu, kata Melvin, berbahan polimer khusus yang akan larut seiring dengan perjalanan waktu. "Sekitar dua tahun setelah ditanam di sekitar ginjal, kateter tersebut akan diserap tubuh," jelas nya.
    Kateter tersebut akan mengirimkan gelombang radio ke empat hingga enam lokasi pada dua ginjal kiri dan kanan. Energi dan gelombang yang dikirimkan itu bertujuan untuk mengusik kerja persarafan simpatik di sekitar ginjal sehingga tekanan darah
menjadi lebih rendah. (*/c12/nda)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

tyak ☺ Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting